Hamlet adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang ditulis sekitar tahun
1599-1601. Drama ini adalah salah satu tragedi Shakespeare yang terkenal.
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesianya berjudul Hamlet,
Pangeran Denmark
dan dilakukan oleh Trisno Sumardjo. [1]Tragedi ini
menceritakan tentang seorang raja yang meninggal dengan misterius, jandanya
lalu menikah dengan saudaranya. Arwah sang raja menghantui istana kerajaan. Ia
ingin anaknya, Hamlet, untuk membalas dendam. Pangeran Hamlet yang berjiwa
sensitif bersumpah untuk membalas dendam dengan segala cara yang akhirnya harus
dibayar dengan mahal.
Tokoh utama
- Hamlet, Pangeran dari Denmark
- Raja Claudius, paman Hamlet
- Ratu Gertrude, ibu Hamlet
- Horatio, teman Hamlet
- Polonius, penasihat utama raja
- Ophelia, putri Polonius
- Laertes, putra Polonius
Sinopsis
Hamlet adalah
salah satu dari mahakarya William Shakespeare (1564 –1616) yang sebagian besar
settingnya berlokasi di Denmark.
Dikisahkan, pada suatu malam musim dingin yang kelam, ada arwah yang
bergentayangan di Elsinore Castle di Denmark. Arwah itu memberitahukan kepada
Horatio bahwa Raja Hamlet sebenarnya telah dibunuh oleh adiknya, Claudius, yang
akhirnya mewarisi takhtanya dan mendapatkan janda raja, yaitu Ratu Gertrude.
Ketika Horatio dan penjaga itu membawa Pangeran Hamlet, putra Gertrude dan raja
yang telah mati itu untuk bertemu dengan arwah itu, ia meminta Hamlet untuk
membalaskan dendamnya dan menikahi istrinya. Setelah mengatakan demikian, arwah
itu menghilang ditelan datangnya subuh.
Pangeran Hamlet akhirnya memutuskan untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, namun karena pada dasarnya ia adalah orang yang kontemplatif dan pemikir, dia menundanya, dan malahan terpuruk dalam melankoli dan menjadi hampir gila. Claudius dan Gertrude mengkhawatirkan perilaku aneh pangeran dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Mereka kemudian menugasi dua orang sahabat Hamlet, Rosencrantz dan Guildenstern, untuk mengawasinya. Ketika Polonius, tangan kanan Lord Chamberlain, sesumbar mengatakan bahwa mungkin Hamlet sedang tergila-gila pada anak gadisnya, Ophelia, Claudius akhirnya memutuskan untuk memata-matai perbincangan mereka berdua. Namun meskipun Hamlet tampak tergila-gila, ia tidak terlihat mencintai Ophelia. Ia malah menyuruhnya menjadi biarawati.
Suatu ketika sekelompok aktor keliling datang mengunjungi Elsinore, dan Hamlet mendapat ide untuk mengetes perasaan bersalah pamannya. Dia akan menyuruh aktor-aktor itu memerankan semacam reka-adegan pembunuhan ayahnya, dan tentunya, apabila memang Claudius bersalah, ia pasti akan bereaksi . Tatkala adegan pembunuhan itu dipentaskan di atas panggung, Claudius bangkit dan meninggalkan ruangan. Hamlet dan Horatio sepakat bahwa reaksi itu membuktikan bahwa memang Claudiuslah yang membunuh Raja Hamlet.
Pangeran Hamlet berencana untuk membunuh Claudius, tepat di saat ia mendapatinya sedang berdoa. Karena ia menyangka bahwa membunuh Claudius dalam kondisi sedang berdoa akan mengirimkan jiwanya ke sorga, Hamlet kuatir bahwa usaha balas dendamnya akan sia-sia. Ia pun memutuskan untuk menunda rencananya, menunggu waktu yang tepat. Claudius yang merasa keamanannya terancam seketika memerintahkan agar Hamlet dikirim ke Inggris.
Mendengar suara berisik dari balik mesin pemintal milik Polonius, Hamlet menyangka raja sedang bersembunyi di sana. Dia menarik pedangnya dan menghunusnya sepanjang pabrik, dan tanpa sengaja membunuh Polonius. Karena kejahatan ini, ia dibuang ke Inggris bersama dengan Rosencrantz dan Guildenstern. Bagaimanapun, rencana Claudius bagi Hamlet lebih dari sekedar pengasingan. Dia telah memberikan surat perintah bersegel untuk Raja Inggris untuk membunuh Hamlet.
Pangeran Hamlet akhirnya memutuskan untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, namun karena pada dasarnya ia adalah orang yang kontemplatif dan pemikir, dia menundanya, dan malahan terpuruk dalam melankoli dan menjadi hampir gila. Claudius dan Gertrude mengkhawatirkan perilaku aneh pangeran dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Mereka kemudian menugasi dua orang sahabat Hamlet, Rosencrantz dan Guildenstern, untuk mengawasinya. Ketika Polonius, tangan kanan Lord Chamberlain, sesumbar mengatakan bahwa mungkin Hamlet sedang tergila-gila pada anak gadisnya, Ophelia, Claudius akhirnya memutuskan untuk memata-matai perbincangan mereka berdua. Namun meskipun Hamlet tampak tergila-gila, ia tidak terlihat mencintai Ophelia. Ia malah menyuruhnya menjadi biarawati.
Suatu ketika sekelompok aktor keliling datang mengunjungi Elsinore, dan Hamlet mendapat ide untuk mengetes perasaan bersalah pamannya. Dia akan menyuruh aktor-aktor itu memerankan semacam reka-adegan pembunuhan ayahnya, dan tentunya, apabila memang Claudius bersalah, ia pasti akan bereaksi . Tatkala adegan pembunuhan itu dipentaskan di atas panggung, Claudius bangkit dan meninggalkan ruangan. Hamlet dan Horatio sepakat bahwa reaksi itu membuktikan bahwa memang Claudiuslah yang membunuh Raja Hamlet.
Pangeran Hamlet berencana untuk membunuh Claudius, tepat di saat ia mendapatinya sedang berdoa. Karena ia menyangka bahwa membunuh Claudius dalam kondisi sedang berdoa akan mengirimkan jiwanya ke sorga, Hamlet kuatir bahwa usaha balas dendamnya akan sia-sia. Ia pun memutuskan untuk menunda rencananya, menunggu waktu yang tepat. Claudius yang merasa keamanannya terancam seketika memerintahkan agar Hamlet dikirim ke Inggris.
Mendengar suara berisik dari balik mesin pemintal milik Polonius, Hamlet menyangka raja sedang bersembunyi di sana. Dia menarik pedangnya dan menghunusnya sepanjang pabrik, dan tanpa sengaja membunuh Polonius. Karena kejahatan ini, ia dibuang ke Inggris bersama dengan Rosencrantz dan Guildenstern. Bagaimanapun, rencana Claudius bagi Hamlet lebih dari sekedar pengasingan. Dia telah memberikan surat perintah bersegel untuk Raja Inggris untuk membunuh Hamlet.
Sepeninggal ayahnya, Ophelia menjadi gila karena kesedihan dan menenggelamkan dirinya di sungai. Putra polonius, Laertes, yang selama ini tinggal di Prancis kembali ke Denmark. Claudius meyakinkannya bahwa Hamletlah yang sepatutnya disalahkan atas kematian ayah dan saudarinya. Ketika Horatio dan raja menerima surat dari Hamlet yang menyatakan bahwa dirinya telah berpulang ke Denmawk karena bajak laut menyerang kapalnya dalam perjalanannya ke Inggris, Claudius menyusun rencana untuk menghabisi Hamlet dengan memanfaatkan hasrat balas dendam Laertes. Laerter akan bertarung dengan Hamlet dalam sebuah pertandingan olahraga, namun Claudius akan melumuri senjata Laertes dengan racun sehingga Hamlet akan mati apabila ia tertusuk. Untuk berjaga-jaga, ia juga membubuhi racun pada sebuah cawan berisi air minum, yang harus diminum Hamlet pada putaran pertama atau kedua.
Adu pedang pun dimulai. Hamlet menang pada putaran pertama, namun menolak untuk minum dari cawan itu. Tak dinyanya, Gertrudelah yang meminumnya dan seketika terbunuh oleh racun tersebut. Laertes akhirnya berhasil melukai Hamlet, namun Hamlet tidak terbunuh seketika itu juga. Malahan Laertes dilukai oleh mata pedangnya sendiri, dan setelah mengungkapkan pada Hamlet bahwa Claudiuslah yang bertanggung-jawab atas kematian ratu, dia meninggal karena racun telah menjalari seluruh tubuhnya. Hamlet kemudian menusuk Claudius dengan pedang beracun itu dan memaksanya meminum habis sisa anggur beracun itu. Claudius mati dan Hamlet menyusulnya setelah berhasil menunaikan dendam kesumatnya.
gan ada cerita novel nya ga?
BalasHapusminta link nya dong kalo ada
Hamlet: Ética y estética del drama
BalasHapusbgs itu critanya, tempest ya bgs tp ending nya kebalik dari hamlet (happy ending).
BalasHapus